Nabire, DEIYAI WIYAI NEWS – Di tengah rutinitas para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang sibuk menyusun rancangan aktualisasi sebagai bagian dari pelatihan dasar, seorang pemuda asal Papua Tengah menunjukkan cara berbeda dalam memaknai pengabdian.
Ia adalah Isak Aneh Mote, S.Sos, CPNS dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Tengah, yang dengan niat tulus membagikan Alat Tulis Sekolah (ATS) kepada siswa-siswi di SD Inpres Urumusu, Kabupaten Nabire, Senin (6/10).
Bantuan yang ia salurkan sederhana namun bermakna seperti buku tulis, pensil, pulpen, penghapus, penggaris, pensil warna, dan noken siap pakai.
Semua dibeli dengan dana pribadi, tanpa sponsor atau bantuan pihak lain. Bagi Isak, inilah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab moral terhadap pendidikan anak-anak di wilayah pedalaman Papua Tengah.
“Kegiatan ini adalah bagian dari Tugas Rancangan Aktualisasi yang harus dikerjakan oleh setiap CPNS. Tapi bagi saya, ini lebih dari sekadar tugas. Saya ingin dampak baiknya benar-benar dirasakan langsung oleh masyarakat,” tutur Isak dengan nada tenang namun penuh keyakinan.
Dari Bibieuto ke Urumusu: Jalan Pengabdian yang Tak Selalu Mulus
Sebelum resmi menjadi CPNS, Isak pernah bertugas sebagai tenaga pengajar di SD Inpres Bibieuto, Epomani, sebuah sekolah di wilayah pedalaman yang ditempuh dengan medan jalan sulit.
Di tempat itulah ia pertama kali menyaksikan kenyataan getir, banyak anak datang ke sekolah tanpa buku, tanpa pensil, bahkan tanpa tas. Namun, semangat belajar mereka tak pernah padam.
“Selama saya bertugas di sana, saya melihat anak-anak datang ke sekolah tanpa perlengkapan belajar. Tapi mereka tetap tersenyum dan mau belajar. Itu yang membuat saya tergerak,” ungkapnya.
Awalnya, Isak berencana menyalurkan bantuan alat tulis ke sekolah tempatnya dulu mengajar, SD Inpres Bibieuto. Namun, niat itu harus tertunda karena medan jalan yang rusak parah.
Saat melakukan perjalanan ke lokasi pekan lalu, ban mobilnya pecah di tengah perjalanan. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyalurkan bantuan di SD Inpres Urumusu, sekolah yang lebih mudah dijangkau, agar kegiatan tetap berjalan dan manfaatnya segera dirasakan.
Dukungan untuk Pendidikan dan Ekonomi Lokal
Menariknya, dalam menyiapkan bantuan ini, Isak tidak hanya berpikir tentang siswa, tetapi juga tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Ia membeli 50 buah noken hasil karya Mama-mama Papua di sekitar Nabire.
Bagi Isak, langkah ini menjadi cara kecil untuk mendukung UMKM lokal dan memberdayakan perempuan asli Papua yang menggantungkan hidup dari hasil tangan mereka.
“Saya ingin kegiatan ini tidak hanya membantu anak-anak sekolah, tetapi juga membantu mama-mama Papua yang berjualan noken. Jadi, ada dua manfaat: pendidikan dan ekonomi lokal,” jelas Isak.
Apresiasi dari Kepala Sekolah dan Masyarakat
Kegiatan pembagian alat tulis ini disambut hangat oleh pihak sekolah. Kepala Sekolah SD Inpres Urumusu, Bapak Sebastianus Pekei, mengaku sangat bangga dan terharu atas inisiatif seorang CPNS muda seperti Isak.
“Ini contoh nyata bahwa pengabdian tidak dimulai setelah diangkat jadi PNS, tapi sejak seseorang memilih menjadi pelayan masyarakat. Anak-anak sangat senang. Mereka merasa diperhatikan,” ujar Pekei.
Guru-guru di sekolah itu juga turut mendampingi dalam kegiatan pembagian alat tulis. Raut gembira tampak jelas di wajah anak-anak. Mereka memegang alat tulis baru dengan antusias, seolah mendapatkan semangat baru untuk belajar.
Kegiatan sosial ini diakhiri dengan foto bersama antara siswa, guru, dan Isak. Beberapa orang tua murid yang hadir turut mengucapkan terima kasih dan berharap agar kegiatan seperti ini menjadi inspirasi bagi aparatur muda lainnya di Papua Tengah.
Makna di Balik Aksi Sederhana
Meski tampak sederhana, apa yang dilakukan oleh Isak Aneh Mote mengandung pesan mendalam, bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil.
Ia tidak menunggu menjadi pejabat atau pegawai penuh waktu untuk berbuat baik. Bagi Isak, mengabdi berarti hadir, peduli, dan memberi harapan sekecil apa pun bentuknya.
Di tengah berbagai keterbatasan fasilitas pendidikan di daerah pedalaman, tindakan seorang CPNS muda seperti Isak menjadi simbol harapan baru bagi masa depan pendidikan Papua.
Kepedulian dan empatinya menunjukkan bahwa semangat melayani tidak lahir dari jabatan, melainkan dari hati yang tulus ingin melihat anak-anak Papua tumbuh dengan mimpi dan masa depan yang lebih cerah.